10 Tradisi Penikahan Ummat Buddha
- Jevahre Enterprise
Jevahre Enterprise – Pernikahan dalam tradisi Buddha tidak hanya menjadi ikatan cinta antara dua insan, tetapi juga sebuah peristiwa sakral yang melibatkan nilai-nilai spiritual, budaya, dan moral.
Meski ajaran Buddha tidak memiliki aturan khusus tentang pernikahan, komunitas Buddha di berbagai negara mengembangkan tradisi yang unik sesuai dengan budaya mereka.
Berikut adalah 10 tradisi pernikahan umat Buddha dari berbagai belahan dunia:
1. Pemberkatan di Vihara
Pernikahan umat Buddha biasanya diawali dengan pemberkatan di vihara oleh para biksu. Pengantin akan memberikan persembahan seperti lilin, bunga, dan dupa sebagai simbol penghormatan kepada Sang Buddha.
Biksu kemudian membacakan paritta (doa-doa suci) untuk memberikan restu dan perlindungan kepada pasangan.
2. Meditasi Sebelum Pernikahan
Beberapa pasangan memilih bermeditasi sebelum upacara pernikahan untuk menenangkan pikiran dan mempersiapkan diri secara spiritual.
Meditasi ini juga bertujuan untuk merenungkan makna pernikahan sebagai jalan menuju kebahagiaan bersama.
3. Pemakaian Busana Tradisional
Busana pengantin Buddha seringkali mencerminkan budaya lokal. Di Thailand, misalnya, pengantin mengenakan pakaian tradisional berbahan sutra dengan warna-warna cerah.
Sementara di Tibet, pakaian pengantin dihiasi dengan ornamen khas yang melambangkan kesejahteraan.
4. Upacara Tuang Air
Di beberapa negara seperti Thailand dan Sri Lanka, terdapat tradisi menuangkan air suci ke tangan pengantin oleh para tamu sebagai simbol harapan dan doa untuk kehidupan pernikahan yang penuh berkah.
5. Membaca Dhamma
Dalam beberapa tradisi, pembacaan Dhamma (ajaran Buddha) menjadi bagian penting dari upacara pernikahan. Pengantin diajak untuk merenungkan nilai-nilai seperti kasih sayang, kesabaran, dan pengertian yang menjadi dasar hubungan harmonis.
6. Ritual Tiga Sujud
Pengantin biasanya melakukan tiga kali sujud di hadapan altar Buddha. Sujud ini melambangkan penghormatan kepada Buddha, Dhamma (ajaran), dan Sangha (komunitas biksu).
7. Upacara Persembahan kepada Orang Tua
Banyak tradisi pernikahan Buddha melibatkan ritual penghormatan kepada orang tua sebagai bentuk rasa syukur. Pengantin memberikan persembahan seperti kain atau makanan kepada orang tua sebagai tanda bakti dan penghormatan.
8. Pertukaran Kalung atau Tali Suci
Alih-alih cincin, beberapa tradisi pernikahan Buddha menggunakan kalung atau tali suci untuk menandai ikatan pernikahan. Kalung ini sering diberkati oleh para biksu sebelum diberikan kepada pengantin.
9. Pemberian Dana
Tradisi ini mencerminkan ajaran Buddha tentang kemurahan hati. Pengantin memberikan dana kepada biksu atau vihara sebagai ungkapan syukur atas pernikahan mereka.
10. Doa untuk Kehidupan Masa Depan
Upacara pernikahan diakhiri dengan doa bersama untuk kehidupan masa depan pengantin. Doa ini mencakup harapan agar pasangan dapat hidup harmonis, saling mendukung, dan mencapai kebahagiaan sejati.
Tradisi pernikahan Buddha mengajarkan pentingnya menjalani kehidupan pernikahan dengan penuh kesadaran, kasih sayang, dan kebajikan. Meskipun setiap budaya memiliki ciri khasnya, inti dari pernikahan Buddha tetaplah sama: membangun hubungan yang didasari nilai-nilai spiritual untuk mencapai kebahagiaan bersama.
Gedung Utama, Lantai 21. Universitas Tarumanagara. Jl. Letjen S. Parman No.01, RT.6/RW.16, Tomang, Kec. Grogol petamburan, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11440
Copyright © 2024 Jevahre Enterprise. All Right Reserved